Warta Bandung Barat
,
Bandung
– Kepala
Badan Geologi
, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diwakili oleh Muhammad Wafid menyebut bahwa aktivitas seismik gunung berapi sedang meningkat. “Kenaikan tingkat guncangan ini bisa menunjukkan adanya kenaikan tekanan di dalam struktur gunung api tersebut.”
Gunung Banda Api
Akibat peningkatan kegiatan magma, hal ini bisa mengarah pada terjadinya gempa-gempa permukaan, yang berpotensi mendahului letusan,” katanya dalam pernyataannya, Jumat, 24 Mei 2025.
Wafid menjelaskan bahwa sejarah erupsi Gunung Banda Api biasanya dimulai dengan adanya guncangan gempa yang dapat dirasakan. Menurut data dari Badan Geologi, antara tanggal 1 Maret 2025 sampai 24 Mei 2025, dicatat ada 66 kejadian gempa vulkanik dangkal, 474 kali gempa vulkanik dalam, 61 kali gempa tektonik lokal, dan 440 kali gempa teknonik jauh.
Dari ribuan gempa Vulkanik yang tercatat, lima di antaranya dirasakan oleh penduduk dengan intensitas skala I hingga III menurut Skala Modified Mercalli (MMI). Pada tanggal 24 Mei 2025, dicatat sebanyak 99 kejadian gempa bawah tanah serta tiga kali peristiwa gempa berintensitas I sampai III Menurut Skala MMI.
“Harus diwaspadai jika terjadi guncangan gempa karena riwayat erupsi Gunung Banda Api dimulai dengan adanya guncangan gempa berikutnya disertai rangkaian gempa vulkanik. Oleh karenanya, gunung api tersebut saat ini mempunyai potensi untuk meletus secara tiba-tiba,” jelas Wafid.
Status aktifitas Gunung Banda Api tetap diberlakukan pada Tingkat II atau Waspada. Menurut pernyataan Wafid, masyarakat diminta untuk menjauhi area seluas 1 kilometer dari puncak gunung. Bagi penduduk yang tinggal di dekat Gunung Banda Api serta para wisatawan disarankan untuk tidak melakukan kegiatan apapun dalam jarak 1 kilometer dari titik tertinggi tersebut demi menghindari risiko akibat erupsi seperti lempengan batu api, arus atau turunan lava, awan panas, maupun uap racun.
Gunung api Banda mencapai ketinggian 641 meter dari permukaan laut. Lokasi gunung ini ada di Kabupaten
Maluku Tengah
, Provinsi Maluku. Badan Geologi memantau gunung itu melalui Pos Pengamatan Gunung Berapi Banda yang terletak di Desa Dwi Warna, Kecamatan Banda Neira, Provinsi Maluku.
Gunung Berapi Banda telah mencatatkan 24 kali letusan dari tahun 1586 sampai 1988 dengan jeda antar erupsinya berkisar antara 1 hingga 70 tahun. Empat peristiwa letusannya pada tahun 1598, 1615, 1690, serta 1988 menyebabkan adanya korban jiwa; jenis erupsi tersebut berubah dari tipe freatik menjadi magmatik, dimulai dengan fenomena guncangan bumi yang dapat dirasakan lalu disertai rangkaian gempa vulkanik.