FSAI Pererat Tali Silaturahmi Antara Indonesia dan Australia Melalui Layar Lebar

Warta Bandung Barat.CO.ID, SEMARANG — Semarang, suatu kota yang penuh dengan warisan sejarah dan budaya, bakal menyaksikan usaha mendekati relasi antara penduduk Indonesia dan Australia lewat jalur perfilman. Festival Sinema Australia-Indonesia (FSAI), acara bergengsi yang bertujuan di sana, telah mencapai penyelenggaraannya pada musim ke sepuluhnya.

Pertama kali dalam riwayat perhelatan ini, Konsulat Jenderal Australia untuk Jawa Timur dan Jawa Tengah menunjuk Kota Semarang menjadi tempat pelaksanaan acara tersebut. Festival Seni dan Budaya Australasia Internasional ke-10 akan diselenggarakan mulai tanggal 15 Mei sampai dengan 14 Juni tahun 2025.

Acara ini juga dilaksanakan di berbagai kota besar lainnya selain Semarang, yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Padang, Surabaya, Denpasar, Mataram, Manado, dan Makassar. Sementara itu, di Semarang, Festival Seni dan Artistik Internasional (FSAI) akan diselenggarakan di XXI DP Mall dari tanggal 23 hingga 24 Mei 2025.

Konsul Jenderal Australia untuk Jawa Timur dan Jawa Tengah, Glen Askew, mengaku bangga negaranya dapat kembali menyelenggarakan FSAI untuk kesepuluh kalinya di Indonesia. “Sudah berjalan sepuluh tahun di Indonesia, tapi ini pertama kali di Semarang, Jawa Tengah. Jadi saya senang sekali bisa melaksanakan ini di sini,” ucapnya ketika diwawancara media sebelum membuka FSAI ke-10 di XXI DP Mall Semarang pada Jumat (23/5/2025) petang.

Askew menyatakan bahwa FSAI berencana menampilkan beberapa film dari Indonesia dan Australia. Di antara pilihan film Australia yang diproyeksikan tahun ini termasuk
The Dry
Penayangannya pertama kali dilakukan di Indonesia. Salah satu film dari Indonesia dipilih untuk tampil dalam Festa del Cinema Asia Internazionale ke-10 yaitu
Mencuri Raden Saleh.

“Kepentingan FSAI ini yaitu untuk menguatkan ikatan antara masyarakat Australia dengan Indonesia melalui industri perfilman. Sehingga penonton di Indonesia dapat menyaksikan film-film asli dari Australia yang mencakup berbagai aspek seperti kebudayaan serta sejarahnya secara langsung. Selain itu, terdapat pula karya-karya dari sineas Tanah Air,” jelas Askew.

Baca Juga  Manfaat Tidur Telentang, Miring, dan Tengkurap bagi Kesehatan Tubuh Anda

Menurut Askew, film merupakan medium yang cocok untuk meningkatkan kesadaran publik antara Indonesia dan Australia mengenai budaya, sejarah, hingga pemandangan alam kedua negara tersebut. “Sebagian besar warga Indonesia belum memiliki pengalaman secara langsung dengan Australia. Oleh karena itu, jika mereka menyaksikan kehidupan di negeri ini, tentunya hal tersebut dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam,” katanya. Ia juga menjelaskan bahwa penduduk Australia kurang mengetahui tentang sejarah serta budaya Indonesia, demikian pula sebaliknya.

Menurutnya, ikatan antara pemerintahan Indonesia dan Australia telah terjalin dengan kuat. Dia juga menyebutkan kunjungan perdana Perdana Menteri Australia Anthony Albanese ke Jakarta yang baru-baru ini dilakukan. Meski demikian, Askew merasakan bahwa relasi di kalangan rakyat dua negeri tersebut masih kurang dekat dibandingan kerjasamanya pada tingkat pemerintahan. “Walaupun kita tetangga satu sama lain, budaya kami sangatlah beda sehingga perlu usaha ekstra untuk mendekati keterhubungan ini,” ungkapnya.

Seorang penduduk asli Semarang yang hadir dalam acara FSAI adalah Rina Sinaga. Ia adalah seorang penerima Beasiswa Australia Awards tahun 2014 serta lulusan Universitas Adelaide. Menurut Rina, kegiatan FSAI ini cukup efektif untuk mempererat hubungan antara masyarakat Indonesia dan Australia. “Inilah salah satu metode bagi orang-orang di Indonesia agar dapat lebih memahami budaya Australia,” katanya. “Misalkannya hal yang paling dasar, mereka mengetahui bahwa dialek atau aksen Bahasa Inggeris para warganya itu berbeda.”

Rina menjelaskan melalui FSAI, masyarakat Indonesia yang belum pernah mengunjungi Australia pun dapat memahami bahwa tak seluruh area di negeri itu terdiri dari deretan bangunan layaknya di Melbourne atau Sydney. “Sebenarnya ada banyak kawasan pinggiran kota yang tetap sangat eksotis,” tambahnya.

Baca Juga  5 Rekomendasi RAM DDR4 Unggulan: Harga & Pilihan Tepat untuk Tingkatkan Performa Laptop atau PC Gaming Anda

Sejak sempat menetap di Australia, Rina berkata ia sangat rindu berbagai hal. Salah satunya adalah perpustakaan dan galeri seni di tempat tersebut. “Sangat kangen karena banyak museum yang bisa dikunjungi secara cuma-cuma,” katanya. Dia juga menyebutkan bahwa perpustakaan-lah yang sering menjadi incarannya dengan aneka aktivitas serta koleksi bukunya yang luas.
update
, apakah itu digital atau nondigital,” ujar Rina sambil menyebutkan bahwa prosedur peminjaman buku di perpustakaan juga cukup simpel. Rina menginginkan agar FSAI dapat terus dilaksanakan secara rutin tiap tahunnya di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *