Warta Bandung Barat, Jakarta – Setiap aspek dalam hidup kini mengharuskan segalanya menjadi instant, baik itu komunikasi maupun hiburan; dengan demikian, akses internet yang cepat telah menjadi suatu keperluan pokok. Tidak mengejutkan lagi, hadirnya teknologi 5G semakin digemari dikarenakan janji menyediakan koneksi sangat cepat dan hampir tidak ada gangguannya. Tetapi, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara Menilai sekarang ini, pasar 5G cenderung lebih berfokus pada segmen korporasi, sedangkan konsumen biasa belum menunjukkan antusiasme tinggi lantaran biaya layanannya yang cukup tinggi.
Ketua Utama PT Amartha Mikro Fintech mengatakan bahwa banyak konsumen merasa sinyal 4G telah cukup memadai untuk aktivitas harian mereka. “Bila kita membicarakan tentang kalangan bawah, sesungguhnya Indonesia tak benar-benar memerlukan teknologi 5G guna menanggapi keperluan para pengguna,” katanya pada acara Amiratha Asia Grassoot Forum yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, pada hari Kamis, tanggal 22 Maret 2023.
Dia menyebutkan pula bahwa hingga kini jaringan 5G belum mendapatkan pangsa pasarnya dengan jelas di Indonesia karena kebanyakan penggunanya masih belum merasakan kebutuhan akan teknologi tersebut. Menurutnya, masyarakat cenderung menginginkan layanan internet yang ekonomis namun cukup baik untuk berbagai macam aktivitas daring.
Sebaliknya, pihak pemerintah lewat Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah dikenali secara luas sedang berupaya untuk terus memacu perkembangan infrastruktur jaringan.
internet Nasional ini bertujuan supaya bisa meraih pasar 5G yang lebih besar. Upayanya antara lain dengan mengadakan kolaborasi internasional pada bidang pengembangan jaringan 5G. Bulan April kemarin, Kementerian Komdigi menyambut delegasi dari pemerintahan Rusia guna membahas potensi kerjasama dalam pengembangan jaringan 5G di Tanah Air.
Mengenal Teknologi 5G
Merujuk pada laman Tech Target , internet 5G, yaitu generasi kelima dalam teknologi jaringan nirkabel, diciptakan dengan tujuan menyediakan laju koneksi internet serta kapasitas jaringan yang signifikan meningkat jika dibandingkan dengan pendahulunya. Tambahan pula, 5G menghadirkan penurunan latency, sehingga durasi waktu yang diperlukan bagi data untuk beralih dari lokasi asal menuju tempat tujuan menjadi sangat cepat.
Teknologi ini sangat sesuai diaplikasikan untuk memenuhi keperluan telekomunikasi moderne, perkembangan Internet of Things (IoT) bersama dengan jaringan pribadi yang menggunakan teknologi 5G secara khusus. Banyak perusahaan telekomunikasi di berbagai belahan dunia sudah memulai proses pengembangan dan implementasi jaringan 5G sebagai suksesor bagi jaringan 4G semenjak tahun 2019.
Dengan jaringan 5G, informasi yang disampaikan secara wireless bisa menjangkau kecepatan Hingga beberapa puluh gigabit setiap detik – dalam keadaan sempurna dapat meningkat hingga 20 Gbps. Kecepatannya melebihi jaringan kabel konvensional dan sanggup menyediakan latency kurang dari 5 milisekon. Hal ini amat vital bagi aplikasi yang mengharuskan respons instan, contohnya mobil tanpa sopir, pelayanan medis daring, ataupun gim berbasiskan awan.
Di samping itu, 5G juga mendukung pengiriman data dalam volume besar dengan cara yang lebih efisien karena adanya availability. bandwidth Yang lebih luas dan dengan menggunakan teknologi antena yang semakin maju. Secara umum, eksistensi dari jaringan 5G ini diprediksi akan menghadirkan banyak kemungkinan bagi beragam jenis aplikasi terbaru, penemuan-penemuan dalam bidang teknologi, serta skema bisnis yang belum pernah muncul sebelumnya.
Cara kerja 5G
Dari halaman yang sama tersebut dijelaskan pula bahwa 5G mengoperasikan dirinya menggunakan teknologi bernama 5G New Radio (5G NR). Ini merupakan sebuah patokan untuk desain antarmuka nirkabel yang akan digunakan oleh jaringan 5G. Teknologi ini mendefinisikan cara perangkat 5G saling berinteraksi serta menukar informasi dengan struktur jaringannya, menjamin adanya hubungan yang sangat cepat dan hemat waktu.
Selama prosedurnya, 5G menerapkan teknik akses jaringan nirkabel yang disebut sebagai orthogonal frequency-division multiple access (OFDMA) merupakan teknologi yang sama-sama dipakai dalam sistem 4G LTE. Karena alasan tersebut, jaringan 4G berperan sebagai landasan krusial untuk evolusi ke 5G.
Di samping itu, 5G memanfaatkan sejumlah teknik terbaru seperti quadrature amplitude modulation (QAM) dan beamforming. QAM berperan dalam mengoptimalkan efisiensi pengiriman data, sedangkan teknik beamforming memastikan bahwa sinyal dikirim dengan arahan yang lebih tepat kepada perangkat user, menjadikan koneksi jadi lebih stabil serta memiliki latency yang rendah.
Dengan perkumpulan seluruh teknologi itu, tidak mengherankan bila 5G bisa memberikan pengalaman jaringan yang jauh lebih cepat, tanggap, serta handal daripada pendahulunya.
Seberapa cepat internet 5G?
Secara mendasar, tiap lebar pita dalam skala 5G mempunyai kecepatan yang tidak sama, yaitu sebagai berikut:
- Pita rendah bekerja pada frekuensi kurang dari 1 gigahertz (GHz). Walaupun merupakan yang terlambat dalam rentang 5G, namun masih dapat melebihi sejumlah koneksi 4G LTE.
- Pita tengah mempunyai jangkauan kecepatan sekitar 3,4 Gigahertz sampai dengan 6 Gigahertz.
- Pita mmWave, untuk membandingkan, terletak antara 30 GHz sampai dengan 300 GHz.
Akan tetapi, kecepatan di setiap band lebar ini dapat beragam cukup banyak, bergantung pada sejumlah elemen seperti penyedia layanan selularnya, jarak antara perangkat Anda dengan menara pemancarnya, total pengguna yang sedang tersambung dalam satu jaringan tersebut, serta adanya rintangan fisik semacam tembok-tembok (khusus bagi sinyal mmWave).