Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi, perbuatan pelecehan seksual yang sering kali terkuak baru-baru ini sebagian disebabkan oleh keadaan kesehatan mental yang buruk. Dia menyatakan bahwa situasi kesehatan mental di kalangan masyarakat Indonesia sungguh memprihatinkan.
“Seksualitas kekerasan memang ada dimana-mana. Sebenarnya, kondisi psikologis dari masyarakat kita cukup mengundang keprihatinan,” katanya setelah berkunjung ke Kantor UPTD DPPPA Sulsel di Makassar, Sulawesi Selatan, pada hari Jumat (23/5). Dilaporkan seperti ini.
Antara
.
Arifah menyebut bahwa Kementerian PPPA sudah menyiapkan berbagai macam jawaban atas permasalahan serius tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mendorong lebih lanjut sebuah agenda yang telah dikerjakan oleh departemennya dalam kurun waktu tertentu.
“Salah satu pendekatan yang kami usulkan ialah model pengasuhan berbasis kuatkan ikatan keluargal dalam lingkup rumah tangga. Salah satu komponen utamanya adalah menciptakan area bersama bernama ‘ruang bersama Indonesia’,” jelasnya.
Dia menyebutkan bahwa program ruang bersama Indonesia berdasarkan narasi ini bisa dijalankan dalam beberapa aspek tentu saja melalui kerja sama antara beragam departemen dan institusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat, seperti misalnya kasus kekerasan seksual.
Menurut Arifatul Fauzi, peningkatan kasus kekerasan seksual belakangan ini telah mencapai tingkat keprihatinan umum; karenanya, solusi untuk hal tersebut perlu dicari secara bersama-sama. Sebab, masalah semacam itu seharusnya tidak hanya ditangani oleh Kementerian PPPA saja.
“Kami akan bekerja sama dengan banyak pihak dan mencari hal-hal yang dapat kami gabungkan untuk memperkuat keluarga pada level masyarakat lapisan bawah,” katanya memberi saran.
Di samping itu, langkah tambahan yang diambil melibatkan kerjasama dengan Kemendikti guna ikut serta dalam pemantauan masa orientasi studi dan pengenalan kampus atau OSPEK, serta menyediakan penyuluhan tentang cara mencegah tindak kekerasan seksual.
“Kami dari Kementerian Pendidikan berpartisipasi dalam orientasi mahasiswa di sejumlah universitas untuk membahas tindakan preventif terhadap kekerasan seksual yang dialami wanita dalam setting pendidikan dan institusi pengajaran,” jelas Arifatul.
“Akan kami diskusikan bersama para mahasiswa tentang pencegahan, yaitu betapa sesungguhnya hal tersebut dapat dijelaskan kepada kalangan pelajar. Mungkin saja mereka belum mengerti bahwa tindakan yang cukup peka sebenarnya telah mendekati batas kekerasan. Oleh karena itu, penting bagi kami untuk menyampaikan informasi,” jelasnya kembali.
Berdasarkan beberapa insiden pelecehan seksual, ia mengungkapkan bahwa sebagian besar peristiwa tersebut disebabkan oleh individu di dekat korban, bahkan anggota keluarganya sendiri. Hal ini terjadi lantaran kurangnya niat baik untuk mencintai serta merawat anak-anak dengan penuh kasih. Kondisi stres psikologis pun turut mendorong masalah ini.
Kini, para penyebar kekerasan seringkali merupakan individu yang dekat dengan korban. Oleh karena itu, apa yang telah disebutkan sebelumnya berkaitan erat dengan kesejahteraan jiwa. Di samping metode pengasuhan, hal lain yang sangat vital ialah memberikan pendidikan agama kepada buah hati kita di lingkungan rumah.
“Saya percaya jika dasar keyakinannya kokoh, kemungkinan besar dapat mengurangi tindakan-tindakan yang tak diharapkan,” jelasnya dengan penekanan.