Kematian Misterius Warga Cikalongwetan KBB di Rumah Terapi Pangandaran, Keluarga Desak Pengusutan

Warga Kabupaten Bandung Barat (KBB) berduka atas kematian Muhammad Ilham (26). Ilham, berasal dari Kampung Tanjungsari, Desa Ganjarsari, Kecamatan Cikalongwetan, meninggal dunia di sebuah rumah terapi kejiwaan di Kabupaten Pangandaran. Kematiannya menyisakan banyak kejanggalan. Keluarga menemukan sejumlah luka pada tubuh Ilham. Oleh karena itu, mereka menduga adanya tindak kekerasan. Keluarga telah melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian.
Muhammad Ilham sebelumnya menjalani pengobatan rutin di RSJ Cisarua, Bandung Barat. Keluarga kemudian mengirim Ilham ke Rumah Solusi Himatera Indonesia (RSHI) di Pangandaran pada 7 Mei 2025. Keluarga berharap Ilham mendapat penanganan yang lebih intensif di sana. Namun, harapan itu berujung pada kabar duka.
Selama Ilham berada di RSHI, komunikasi keluarga terputus. Pihak RSHI tidak mengizinkan keluarga menelepon atau menjenguk Ilham. Semua informasi hanya didapatkan dari pengurus. Ini menimbulkan kecurigaan besar di benak keluarga. Informasi terakhir keluarga terima pada 27 Juli 2025. Pihak RSHI saat itu menyampaikan bahwa Ilham tidak diberi makan nasi. Situasi ini semakin membuat keluarga khawatir.
Kabar duka akhirnya datang pada Jumat dini hari, 22 Agustus 2025, sekitar pukul 04.00 WIB. Pihak RSHI menginformasikan kematian Ilham kepada keluarga. Mereka sebelumnya mengabarkan Ilham mengeluh sakit dada pada Kamis sore, 21 Agustus 2025. Pihak RSHI berjanji akan membawa Ilham ke rumah sakit. Namun, keluarga kemudian menerima kabar bahwa Ilham telah meninggal dunia. Berita ini tentu saja sangat mengejutkan keluarga di Cikalongwetan. Mereka segera berangkat menuju Pangandaran untuk memastikan kondisi Ilham.
Kejanggalan Temuan Keluarga: Luka Lebam dan Akses Komunikasi Terputus
Setibanya di Pangandaran, keluarga Muhammad Ilham menghadapi fakta mengejutkan. Jenazah Ilham masih berada di rumah terapi, bukan di rumah sakit seperti klaim awal pengelola RSHI. Pihak RSHI juga tidak dapat menunjukkan surat keterangan kematian dari fasilitas medis mana pun. Ini menambah daftar kejanggalan. Apalagi, keluarga melihat darah keluar dari telinga Ilham meskipun jenazah sudah dikafani. Mereka merasa ada yang tidak beres.
Keluarga kemudian membuka kafan jenazah Ilham. Mereka menemukan banyak tanda kekerasan pada tubuhnya. Matanya lebam, serta terdapat bekas sundutan rokok di bagian kaki. Selain itu, tubuh Ilham terlihat sangat kurus kering. Telinganya tampak biru, seperti terkena pukulan. Luka juga terlihat jelas di bagian belakang kepala Ilham. Semua temuan ini menguatkan dugaan keluarga bahwa Ilham meninggal tidak wajar. Mereka menduga Ilham mengalami tindak kekerasan selama di rumah terapi.
Melihat kondisi jenazah yang mencurigakan, keluarga Muhammad Ilham memutuskan membawa jenazah pulang. Mereka membawa jenazah Ilham ke RS Sartika Asih pada Sabtu, 23 Agustus 2025. Di sana, pihak keluarga meminta autopsi. Mereka berharap autopsi dapat mengungkap penyebab pasti kematian Ilham. Hasil autopsi tersebut memberikan indikasi lebih lanjut. Diduga, Muhammad Ilham telah meninggal lebih dari satu minggu sebelum pihak RSHI mengabarkan kematiannya. Temuan ini semakin memperkuat kecurigaan keluarga. Mereka merasa ada informasi yang ditutup-tutupi.
Langkah Hukum dan Desakan DPRD Jabar: Menuntut Keadilan dan Pengawasan Ketat
Atas dasar temuan dan dugaan kekerasan ini, keluarga Muhammad Ilham mengambil langkah hukum. Mereka telah melaporkan kejadian tragis ini ke Polda Jawa Barat. Keluarga menuntut keadilan bagi Ilham. Mereka ingin kasus kematian Ilham diusut tuntas. Pihak berwenang diharapkan dapat mengungkap kebenaran di balik kematian Ilham. Proses hukum sedang berjalan untuk mencari titik terang.
Kasus kematian Muhammad Ilham menarik perhatian publik dan wakil rakyat. Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Maulana Yusuf Erwinsyah, mendesak aparat kepolisian. Ia meminta kepolisian mengusut tuntas kasus dugaan kekerasan ini. Maulana Yusuf menekankan pentingnya transparansi dan keadilan bagi keluarga korban. Ia ingin semua pihak yang terlibat bertanggung jawab.
Selain itu, Maulana Yusuf Erwinsyah juga meminta pemerintah daerah dan instansi terkait bertindak. Ia mendesak mereka mencabut izin operasional Rumah Solusi Himatera Indonesia. Lebih lanjut, ia juga meminta pemerintah memperketat pengawasan. Pengawasan ketat diperlukan untuk semua lembaga serupa. Tujuannya adalah mencegah kejadian serupa terulang di masa depan. Berita mengenai kasus ini mulai diberitakan secara luas oleh media pada 8 September 2025. Kasus ini menjadi sorotan penting bagi pengawasan fasilitas kesehatan mental.