Sesar Lembang: Ancaman Gempa Nyata di Jantung Bandung Barat

Sesar Lembang: Ancaman Gempa Nyata di Jantung Bandung Barat yang Memerlukan Kesiapsiagaan

Warga Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan sekitarnya diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gempa bumi yang bersumber dari Sesar Lembang. Patahan geser aktif ini membentang sepanjang sekitar 29 kilometer, melintasi sejumlah wilayah strategis di Jawa Barat, termasuk Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Sesar Lembang menjadi salah satu fokus utama dalam kajian mitigasi bencana di Pulau Jawa mengingat karakteristik geologinya yang aktif dan potensi dampak yang signifikan. Pemantauan dan kesiapsiagaan menjadi kunci bagi masyarakat yang tinggal di jalur patahan ini.

Warta Bandung Barat | Sesar Lembang: Ancaman Gempa Nyata di Jantung Bandung Barat

Sesar Lembang adalah patahan geser aktif yang membentang dari Padalarang hingga Jatinangor, atau Gunung Manglayang/Cimenyan. Jalur sesar ini melewati Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung, hingga Kabupaten Bandung, menjadikannya ancaman regional yang serius.

Secara geologi, Sesar Lembang memiliki pergerakan dominan mendatar ke kiri, meskipun ada komponen vertikal di beberapa titik. Patahan ini terbentuk akibat aktivitas tektonik kompleks lempeng Eurasia atau perkembangan Kompleks Gunung Api Sunda-Burangrang, dengan pergeseran Sungai Cimeta hingga 120-460 meter sebagai bukti nyata aktivitasnya. Gunung Batu di Lembang juga merupakan bagian dari Sesar Lembang yang terangkat.

Kajian terbaru menunjukkan laju pergeseran Sesar Lembang sekitar 1,9 hingga 3,4 milimeter per tahun, meningkat dari prediksi sebelumnya pada tahun 2011 (2,0-4,0 mm/tahun) dan 2017 (3,0-5,5 mm/tahun). Peningkatan laju ini mengindikasikan aktivitas yang perlu diwaspadai.

Penelitian awal mengenai Sesar Lembang dilakukan oleh geolog Belanda R.W. van Bemmelen sekitar tahun 1940-an. Sejak tahun 1963, BMKG mulai memasang seismograf pertama di Lembang untuk memantau aktivitas sesar ini.

Sebelum tahun 2008, aktivitas gempa kecil jarang terekam karena keterbatasan sensor. Namun, antara tahun 2010 hingga 2012, tercatat setidaknya 14 kejadian gempa di Sesar Lembang, menunjukkan peningkatan frekuensi. Pada tahun 2019, BMKG semakin memperketat monitoring dengan memasang 16 sensor seismik periode pendek secara lebih rapat di jalur Sesar Lembang, Cimandiri, dan Baribis.

Baca Juga  Lembang Karnaval Agustus 2025: Semarak HUT RI ke-80 di Bandung Barat

Sejarah paleoseismologi mencatat bahwa Sesar Lembang pernah memicu gempa pada abad ke-15 dan sekitar 60 tahun sebelum Masehi. Gempa besar terakhir diperkirakan terjadi sekitar 500 tahun yang lalu, dengan siklus gempa besar pada sesar ini diperkirakan terjadi setiap 170 hingga 670 tahun.

Aktivitas terbaru menunjukkan adanya peningkatan aktivitas seismik minor di Sesar Lembang dalam beberapa waktu terakhir, dengan beberapa kejadian gempa kecil tercatat pada Agustus-September 2025 oleh Badan Geologi dan BMKG. Meskipun kecil, peningkatan ini menjadi pengingat penting akan potensi ancaman.

Potensi Gempa 6,5 – 7,0

Sesar Lembang berpotensi memicu gempa bumi dengan magnitudo maksimal sekitar 6,5 hingga 7,0. Gempa dengan magnitudo kecil namun merusak pernah terjadi pada 28 Agustus 2011, berkekuatan M 3,3 dengan kedalaman dangkal, merusak 384 rumah di Kampung Muril, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

Kondisi geologis tanah di cekungan Bandung yang cenderung lunak dapat memperkuat guncangan gempa, memperbesar potensi kerusakan. Selain gempa 2011, gempa merusak juga pernah terasa di Bandung pada tahun 2003, serta gempa M 2,8 dan M 2,9 yang dirasakan pada 14 dan 18 Mei 2017, meskipun tidak menimbulkan kerusakan signifikan.

Berbagai upaya mitigasi dan kesiapsiagaan telah digalakkan oleh pemerintah pusat dan daerah. BNPB membentuk komunitas relawan bencana seperti \”Avenger\” dan komunitas warga setempat untuk memperkuat respons di tingkat lokal. Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga telah melarang pembangunan di Kawasan Bandung Utara (KBU) yang rawan bencana Sesar Lembang.

Di tingkat lokal, Pemkot Cimahi memperkuat kesiapsiagaan dengan pelatihan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB). Sementara itu, ITB bekerja sama dengan Pemkot Bandung untuk program geotrack guna memetakan dan mengidentifikasi jalur Sesar Lembang secara lebih detail.

Baca Juga  Batujajar KBB: Jejak Sejarah, Dinamika Pembangunan, dan Potensi Lokal

Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat menjadi prioritas. BPBD Kota Cimahi, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung terus mengimbau warga agar waspada namun tidak panik. Masyarakat diajak untuk mengetahui ruang aman saat gempa, seperti berlindung di bawah meja yang kokoh dan menjauhi kaca.

Aspek infrastruktur dan tata ruang juga menjadi perhatian. Pemkot Bandung menyiapkan 6 titik evakuasi di lahan luas atau lapangan untuk menampung warga saat terjadi bencana. Pentingnya memperkuat struktur bangunan dan memperketat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di kawasan rawan bencana terus ditekankan, mengingat pemukiman di garis sesar memiliki risiko besar.

BMKG menegaskan komitmennya untuk terus melakukan monitoring ketat terhadap aktivitas Sesar Lembang dengan memasang lebih banyak sensor seismik. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi dini yang akurat kepada masyarakat dan pihak terkait.

Keterangan Resmi

Mudrik R. Daryono, Peneliti dari BRIN, menegaskan bahwa Sesar Lembang adalah sesar aktif dengan bukti pergeseran 40 cm di masa lalu, mengindikasikan potensi gempa berkekuatan M 6,5 hingga M 7.0.

Supartoyo, Penyelidik Bumi Ahli Utama Badan Geologi, mengingatkan masyarakat untuk tidak panik tetapi meningkatkan kesiapsiagaan. Hal ini menyusul adanya peningkatan aktivitas seismik minor di Sesar Lembang.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa potensi gempa Sesar Lembang dapat mencapai M 6,8. BMKG secara berkesinambungan terus memantau aktivitas sesar ini untuk mitigasi dini.

Wakil Wali Kota Bandung, Erwin Affandi, menyatakan bahwa Pemkot Bandung telah menyiapkan 6 titik evakuasi dan berkolaborasi dengan ITB untuk pemetaan jalur sesar (geotrack). Pemkot juga akan memperketat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di kawasan rawan bencana.

Gubernur Jawa Barat saat itu, Dedi Mulyadi, telah mengingatkan pemerintah kabupaten/kota untuk tidak mengeluarkan izin pembangunan di Kawasan Bandung Utara (KBU) yang berpotensi bencana Sesar Lembang, guna melindungi masyarakat dari risiko.

Baca Juga  Ayam Kukus Lembang: Sensasi Kuliner Sehat di Jantung Pariwisata Bandung Barat

Didi Ruswandi, Kepala Pelaksana BPBD Kota Bandung, mengajak masyarakat untuk sadar bencana dan mengetahui ruang aman saat gempa. BPBD Kota Bandung juga menggandeng BRIN untuk melihat langsung bukti aktivitas sesar di Gunung Batu sebagai bagian dari edukasi.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Wahyudin, menyampaikan bahwa tiga kecamatan di Kabupaten Bandung, yaitu Cimenyan, Cilengkrang, dan Cileunyi, berpotensi terdampak. BPBD Kabupaten Bandung terus melakukan sosialisasi kepada warga di wilayah tersebut.

Wakil Wali Kota Cimahi, Adhitia Yudisthira, mengapresiasi pelatihan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB) sebagai upaya kesiapsiagaan di wilayah Cimahi yang juga rentan terhadap dampak Sesar Lembang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *