Mengurus Kesehatan Mendekati Aruznan Untuk Jemaah Haji Bersama Bimbingan
Saat sampai di Mekkah, perasaan menjadi begitu meriah. Tak terbayangkan betapa sukacitanya hati ini ketika dekat dengan Baitulhamid. Kami berdoa agar memiliki peluang besar untuk berkunjung ke Masjidil Haram guna melaksanakan ibadah dan ziarah di sana. Mudah-mudahan Tuhan memberikan kami serta para jamaah haji kesehatan dan kesempatan tersebut.
Karismanya yang luar biasa dari Masjidil Haram terhadap umat Muslim membuat daya tariknya begitu hebat sehingga dapat menarik perhatian semua calon jamaah haji dan memicunya untuk senantiasa mengunjunginya.
Pastinya setiap jemaah haji menginginkan untuk bisa menjalankan ibadah khususnya salat fardhu di Masjidil Haram, hal ini tentunya sangat wajar karena menurut perkataan Rasulullah SAW, melakukan ibadah di sana memberikan ganjaran yang luar biasa yaitu sebanyak 100 ribu kali lebih besar dari pada di sebuah mesjid umum.
Di tambahannya, perasaan dalam diri akan menjadi amat bertolak belakang saat dapat berdoa dan bersholawat sambil memandang lansung serta bergabung dengan keberadaan Ka’bah tanpa adanya halangan apapun di antara keduanya. Hal ini sungguh tak ternilai kegembiraan dan kenikmatannya.
Tetapi dari jutaan jemaah haji di seluruh dunia, hanya segelintir orang sahaja yang mampu melakukan ibadah di Masjidil Haram kapan pun, karena terdapat berbagai rintangan.
Tahun lalu, saya bersama istri melakukan perjalanan haji sambil membawa catatan kesehatan dari pemeriksaan istithaah. Pemeriksaan tersebut menempatkan kami dalam kelompok istithaah dengan pengawasan, yang berarti bahwa meskipun kita bisa melaksanakan ibadah haji, tetap harus minum obat tambahan sesuai anjuran dokter spesialis yang telah memeriksanya.
Saya dinyatakan memiliki kebocoran jantung walaupun kondisinya masih ringan, sedangkan istriku mengalami masalah di salah satu kakinya ketika ia harus berjalan jarak jauh atau berlari kencang.
Memahami situasi kesehatan kita seperti ini amat penting bagi kita untuk terus merawat tubuh, mencoba menghindari agar penyakit kronis tidak kembali, memantau konsumsi gizi, tidur secara cukup, melindungi diri dari paparan sinar matahari langsung, serta meningkatkan keadaan fisik lewat peregangan otot.
Sama seperti jemaah-jemaah lainnya, kami pun merasa memiliki hasrat yang mendesak untuk segera menuju Masjidil Haram saat waktu salat fardu hampir tiba. Terlebih lagi dengan suara azan yang begitu indah dan unik tersebut. Namun kemudian kita menyadari bahwa tak bisa semata-mata mengikutkan keingingan belaka tanpa adanya pemikiran rasional.
Harusnya kita kenal betul tentang kondisi badan supaya selalu waspada ketika bergerak dan bertindak, serta usaha untuk menjaga kesehatan tubuh menjadi prioritas utama, apalagi di masa haji yang sibuk. Mendekati perjalanan ke area Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), persiapkan baik fisik maupun mental dengan maksimal sehingga semua tahapan ibadah haji dapat diselesaikan tanpa kendala.
Waktu berlalu dengan sangat cepat, dan sebentar lagi dua minggu kemudian para jamaah haji akan mencapai puncak ibadah mereka di Mina.
Berikut adalah cerita saya tentang perjalanan menjadi seorang jemaah haji dan bagaimana dukungan obat membantu dalam menangani kesehatan menjelang ibadah Haji.
Pertama-tama, kenali bahwa setiap orang memiliki kekurangan dalam hal fisik. Oleh karena itu, saat akan berangkat menuju Armuzna, pastikan untuk senantiasa menjaga pola konsumsi makanan dan minuman dengan baik. Jangan lupa juga untuk rutin mengonsumsi obat-obatan seperti yang sudah ditentukan oleh dokter Anda. Selain itu, jaga stabilitas emosional dan usahakan melakukan ibadah hanya di mushalla hotel semata-mata sebagai bentuk penghargaan atas pandangan para ulama bahwa ini dapat memberikan pahala hingga seratus ribu kali lipat. Pastikan juga istirahat cukup. Apabila merasakan adanya gejala penyakit ataupun kondisi lainnya yang bisa membahayakan kesehatan, langsung periksakan diri ke klinik tanpa harus menanti giliran kunjungan medis resmi dari dokter tersebut.
Kedua, kenali kondisi fisik Anda guna menyesuaikan irama kunjungan ke Masjidil Haram berdasarkan kapabilitas pribadi. Jika anda adalah seorang jemaah haji bersama pengawal, penting bagi Anda untuk menggunakan akal sehat dalam menyadari bahwa elemen iklim seperti suhu tingkat tinggi serta lelah dapat mencegah banyaknya jemaah merasa tidak nyaman dari segi kesehatan. Agar sanggup melangsungkan ibadah-ibadah tersebut di Mekkah, para jemaah haji harus telah memiliki persiapasi baik fisik maupun psikologis sehingga semua rukun wajib haji dapat dikerjakan dengan mulus dan utuh layak standarnya.
Ketiga, bagi jemaah yang tergolong risikonya tinggi (risti), disaran kan agar bersikap bijak dengan tidak melibatkan diri dalam aktivitas yang melelahkan seperti mencoba melakukan tawaf sunnah, umrah tambahan atau pengembalian badal umrah secara berkelanjutan, serta menjauhi kunjungan ke pusat perbelanjaan ramai di dekat Masjidil Haram. Selalu harus diingat bahwa prioritas utama adalah partisipasi pada acara inti haji di Mina dan Arafah.
Empat. Harus hati-hati dengan debu dan suhu udara sangat tinggi di Mekkah. Hal ini bisa menyebabkan para jamaah haji mengalami sakit akibat panas berlebihan, dehidrasi, masalah pada sistem pernafasan, bahkan dampak psikologis. Karena alasan tersebut, apabila melakukan aktivitas di luar penginapan, tidak ada salahnya menggunakan masker setiap saat dan rajin minum air sebelum merasa dahaga. Penting juga membawa topi, syal, atau payung untuk melindungi diri dari sinar matahari langsung. Dengan demikian disaran kan untuk rutin konsumsi oralit guna menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Kelima. Bawa bekal makanan dan minuman saat keluar dari hotel, guna persiapan apabila perjalanan membutuhkan waktu lebih lama sampai melewati jam makannya atau ada kejadian tak terduga.
Enam. Mengatur stres merupakan hal vital guna mempertahankan kesejahteraan tubuh dan pikiran. Saat menantikan momen pelaksanaan ibadah haji, umumnya area wisata di Mekkah akan tutup, serta layanan bus sholawat juga akan dipause sementara waktu agar fokus kepada para calon jemaah yang menuju Armina. Keadaan ini dapat menciptakan tekanan atau stres bagi banyak orang. Ditambah lagi, setelah sampai di Armina, segala sesuatu cenderung menjadi lebih mendesak dan terbatas; ruang tenda pun terasa sempit, antrian panjang jika ingin menggunakan fasilitas toiletnya, masuk-keluar dari tenda hanya dilakukan apabila benar-benar memiliki urusan penting saja, bahkan suara batuk bergemurmur tidak henti-hentinya. Dalam kondisi seperti itu, para jemaah diminta untuk sabar dan tetap optimis, senantiasa mensyukuri apa adanya, saling berbaur harmonis antar sesama jemaah, serta memberikan sedekah secukupnya.
Ketujuh. Terkhusus bagi para bapak yang telah berumur, disarankan untuk menghindari rokok karena bisa melemahkan sistem imun dalam tubuh. Ini adalah salah satu alasan kenapa orang tua lebih mudah terinfeksi masalah pada jalur pernafasan. Batuk merupakan keluhan utama yang sering dihadapi oleh sebagian besar calon haji. Pepatah “Hanya unta saja yang tak batuk” mencerminkan betapa tingginya jumlah jemaah haji yang menderita batuk.
Delapan. Jangan sampai terlupakan untuk senantiasa mengajakkan doa kepada Allah SWT dengan penuh khusyuk sehingga diberi kemudahan, kesehatan, serta perlindungan ketika menjalankan ibadah di Masjid Al-Armanza.
Semoga Allah SWT melancarkan perjalanan seluruh jamaah saat menjalankan ibadah haji dan pulang ke tanah air dengan keadaan sehat dan terkabul ibadahnya sebagai haji yang diterima. (*)