Cipongkor Bandung Barat: Menelusuri Jejak Bencana, Sejarah, dan Dinamika Terkini
Cipongkor, sebuah kecamatan yang terletak strategis di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, kembali menjadi sorotan publik. Wilayah ini tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena serangkaian peristiwa penting yang membentuk identitasnya. Dari bencana alam dahsyat hingga jejak sejarah yang mendalam dan isu-isu lokal yang terus bergulir, Cipongkor merefleksikan dinamika kehidupan di KBB.
Warta Bandung Barat menyajikan rangkuman komprehensif mengenai Cipongkor, mencakup peristiwa krusial yang perlu diketahui oleh warga lokal, wisatawan, dan masyarakat umum.
Latar Belakang dan Kronologi Bencana Longsor Maret 2024
Sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, Cipongkor membawahi beberapa desa penting. Desa-desa tersebut meliputi Baranangsiang, Cibenda, Cicangkang Hilir, Cijambu, Cijenuk, Cintaasih, Citalem, Girimukti, Karangsari, Mekarsari, Neglasari, Sarinagen, Sirnagalih, dan Sukamulya. Setiap desa memiliki karakteristik unik yang berkontribusi pada keragaman Cipongkor.
Pada Minggu malam, 24 Maret 2024, Cipongkor dilanda bencana alam longsor dan banjir bandang yang meninggalkan duka mendalam. Peristiwa ini terjadi setelah curah hujan ekstrem yang mengguyur wilayah tersebut selama beberapa waktu. Curah hujan tinggi ini memicu terjadinya banjir bandang dan tanah longsor jenis aliran bahan rombakan atau debris flow.
Lokasi terdampak paling parah adalah Kampung Gintung RT 03 RW 04, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor. Selain itu, Desa Baranangsiang dan Desa Cijambu juga turut merasakan dampak signifikan dari bencana ini. Analisis dari para ahli, termasuk dari Institut Teknologi Bandung (ITB), mengonfirmasi bahwa curah hujan lebat adalah pemicu utama longsor. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mengindikasikan bahwa alih fungsi hutan di sekitar area bencana memperparah dampak longsor yang terjadi.
Dampak dan Respons Terhadap Bencana
Bencana longsor di Cipongkor menelan korban jiwa dan menimbulkan kerugian material yang besar. Awalnya, dilaporkan ada 10 orang yang hilang akibat kejadian tragis ini. Per 28 Maret 2024, BNPB mencatat 7 orang meninggal dunia, 2 orang berhasil selamat, dan 3 orang masih dalam pencarian. Upaya pencarian terus dilakukan oleh tim gabungan yang berdedikasi.
Hingga 3 April 2024, Tim DVI Polda Jabar berhasil mengidentifikasi 8 korban meninggal dunia. Namun, dua orang korban, yaitu Encep (69) dan Opin (45), masih belum ditemukan saat operasi pencarian resmi ditutup. Di antara korban yang teridentifikasi adalah Nurlatifah (8), Sulastri (20), Diki Saputra (4), Aam (50), Dadi (58), Nurul Khofifah alias Syifa (8), Nabila (5), dan Aji (2). Beberapa korban ditemukan di aliran Sungai Citarum, sekitar 15 kilometer dari titik longsor. Sebuah laporan memilukan juga menyebutkan penemuan seorang nenek dan cucunya yang meninggal dunia dalam posisi berpelukan, menggambarkan kedahsyatan bencana tersebut. Selain korban jiwa, tercatat 4 orang mengalami luka berat dan 33 orang luka ringan.
Kerugian material yang ditimbulkan bencana ini juga sangat besar. Data BNPB per 28 Maret 2024 menunjukkan 46 rumah mengalami rusak ringan, 3 rusak sedang, dan 47 rumah rusak berat di Cipongkor. Satu fasilitas pendidikan juga dilaporkan rusak berat. Laporan lain menyebutkan bahwa total 30 rumah, 2 masjid, dan 2 madrasah mengalami kerusakan parah. Ketebalan lumpur longsor di beberapa titik bahkan mencapai 2 meter, menyulitkan proses evakuasi dan pembersihan.
Respons terhadap bencana ini melibatkan berbagai pihak. Tim SAR gabungan dan relawan segera dikerahkan untuk melakukan evakuasi dan memberikan bantuan kepada para korban. Tim DVI Polda Jabar bekerja keras dalam proses identifikasi jenazah. Kepolisian juga memberikan layanan trauma healing bagi anak-anak korban yang terdampak psikologis. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat bersama tim SAR gabungan yang melibatkan 589 personel terus berupaya mencari korban, meskipun terkendala cuaca buruk yang tidak menentu.
Di tengah suasana duka, ratusan korban terpaksa merayakan Hari Raya Idul Fitri di posko pengungsian pada April 2024, menunjukkan ketabahan mereka. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Pemkab KBB) saat ini sedang mencari lahan baru untuk merelokasi rumah-rumah warga yang terdampak parah dan tidak layak huni lagi. Sementara itu, sebagian warga yang sebelumnya mengungsi telah diizinkan untuk kembali ke rumah masing-masing, namun tetap diminta untuk selalu waspada terhadap potensi bencana susulan.
Peristiwa Penting Lainnya di Cipongkor
Selain bencana alam, Cipongkor juga menyimpan catatan sejarah yang kelam dan situs budaya yang kaya. Puluhan tahun silam, Kampung Ciparigirang, Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, menjadi saksi bisu peristiwa “bumi hangus dan pembantaian warga” oleh serdadu Belanda. Peristiwa ini disebut-sebut memiliki jejak keterkaitan dengan kekejaman Westerling, meninggalkan luka sejarah yang mendalam bagi warga setempat.
Di sisi lain, Cipongkor juga memiliki situs keagamaan yang penting. Di Kampung Keramat Wali, Desa Cijenuk, terdapat Makam Keramat Syekh Maulana Muhammad Syafe\’i, yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Atas Angin. Situs ini diyakini memiliki peran krusial dalam penyebaran agama Islam di wilayah Bandung Barat dan hingga kini kerap diziarahi oleh masyarakat dari berbagai daerah.
Berbagai isu lokal juga mewarnai dinamika Kecamatan Cipongkor. Salah satunya adalah penemuan sesosok mayat wanita di Waduk Saguling yang dikaitkan dengan Cipongkor, menjadi perhatian publik. Selain itu, aparat penegak hukum juga berhasil menangkap 3 penjual pupuk bersubsidi tanpa izin yang menjual di atas harga normal di Bandung Barat, menyoroti masalah distribusi dan harga pupuk bagi petani.
Kondisi infrastruktur pendidikan juga menjadi perhatian serius. Pada awal September 2025, Anggota DPRD Kabupaten Bandung Barat, H. Mu\’min Darjatuloh atau akrab disapa Kang Aji, melakukan peninjauan terhadap sejumlah bangunan SD di Cipongkor yang nyaris ambruk. Sekolah-sekolah yang memerlukan perhatian mendesak meliputi SDN Cantrawayang, SDN Sirnagalih, SDN Ciketa, dan SDN Cipari. Untuk mengatasi masalah ini, anggaran lebih dari Rp1 miliar telah diajukan untuk revitalisasi pada tahun 2026, menunjukkan komitmen untuk memperbaiki fasilitas pendidikan demi masa depan generasi muda Cipongkor.