Warta KBB, JAKARTA —
Kebocoran data
secara masif kembali mengejutkan dunia
digital
Terdapat 184 juta informasi dari platfom berbeda yang diduga mengalami kebocoran.
Penelitian keamanan cyber oleh Jeremiah Fowler mengungkapkan adanya basis data tak terproteksi yang memuat lebih dari 184 juta informasi login — termasuk alamat surel dan kata sandi — berasal dari sejumlah layanan umum, seperti halnya dengan Microsoft.
Facebook
, Instagram, Snapchat, Roblox, termasuk juga platform perbankan dan layanan kesehatan.
Menurut laporan dari Cybernews, basis data yang diungkapkan oleh Fowler diduga dimiliki oleh sekelompok peretas dengan motif keuntungan finansial dan memuat informasi tentang barang-barang hasil pencopetan, mungkin saja terkumpul melalui penggunaan software penjarah data pribadi.
Jenis malware ini umumnya tersebar lewat surel phising, situs-situs berisiko tinggi, ataupun aplikasi bajakan, kemudian mengambil data pribadi yang bersifat rahasia milik pengguna komputer tersebut.
“Kumpulan data ini mencakup informasi masuk dan kata sandi untuk sejumlah layanan, aplikasi, serta akun, yang meliputi jasa surel,” terang Fowler pada hari Jumat, 23 Mei 2025.
Fowler menganalisis sejumlah besar data dan mengidentifikasi banyak sekali kredensial untuk beragam jenis akun seperti Google, Facebook, Microsoft, Apple, serta akun bank dan situs web resmi pemerintahan dari beberapa negera. Terhitung ada 220 alamat surel dengan domain pemerintah berasal dari 29 negara yang termasuk di dalam temuannya tersebut.
Cybernews menyebutkan agar mengecek keabsahan datanya, Fowler merujuk pada sejumlah alamat surel yang tersedia lalu menerima pengakuan bahwa kata sandi yang bocor tersebut nyata serta tetap berfungsi dengan baik.
Fowler menyebut kebocoran data skala besar seperti itu sebagai “sumber daya bernilai tinggi” untuk para penjahat cyber. Informasi semacam itu dapat dimanfaatkan untuk melakukan serangancredential stuffing (coblos password dan nama pengguna tertentu pada banyak platform secara bersamaan), penyusupan akun, intelijen perusahaan, bahkan operasi oleh entitas pemerintah [4] [7].
Di samping itu, informasi tersebut rentan terhadap eksploitasi untuk tindak penipuan, phising, serta jenis-jenis kriminalitas daring yang lain.
Sampai saat ini, pemilik basis data belum diketahui. Setelah Fowler menyampaikan penemuannya, layanan host segera mengekang akses umum ke database itu. Akan tetapi, cukup mungkin bahwa orang yang mengumpulkan informasi tersebut masih bisa membuka akses secara pribadi.